“Siksa Kubur”: A Horrifying Film That Challenges Beliefs and Haunts the Audience.
Genre film horor selalu menarik perhatian banyak orang. Salah satu film horor terbaru yang akan segera tayang di bioskop adalah “Siksa Kubur”. Film ini akan mengikuti kisah seorang gadis bernama Sita, yang diperankan oleh Faradina Mufti.
Kisah dalam film ini dimulai setelah kedua orang tua Sita menjadi korban bom bunuh diri. Kejadian tragis ini membuat Sita kehilangan kepercayaan pada agama. Tujuan hidupnya pun berubah menjadi satu; mencari orang yang paling berdosa. Sita ingin berhadapan dengan seseorang yang dianggap sangat berdosa. Ketika orang itu meninggal, dia ingin ikut masuk ke dalam kuburannya untuk membuktikan bahwa konsep siksa kubur tidak ada dan untuk meragukan eksistensi agama.
Siksa Kubur: Menyajikan Horor yang Lebih Dekat dengan Masyarakat Indonesia
Sutradara film ini, Joko Anwar, mengatakan bahwa melalui “Siksa Kubur”, dia ingin membuat film horor yang lebih dekat dengan masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan tema agama sebagai latar belakang cerita. Film ini tidak hanya mengandalkan visual mencekam, tetapi juga membawa gagasan yang menusuk ke hati penontonnya.
Joko Anwar, yang juga merupakan sutradara dari film “Pengabdi Setan”, menjelaskan bahwa “Siksa Kubur” dibuat untuk mereka yang belum percaya akan siksaan dikubur. Film ini juga menjawab pertanyaan dan menjadi antitesis bagi banyak kalangan yang kerap menganggap bahwa film horor selalu berisi setan.
Menurut Joko Anwar, dengan bentuk baru dan perspektif segar yang dibawanya, “Siksa Kubur” akan menjadi benchmark baru bagi perfilman Indonesia. Setelah 20 tahun bekerja sebagai penulis dan sutradara, Joko Anwar merasa ingin membuat film yang lebih memiliki makna, lebih dewasa, dan cerita serta pembangunan karakter yang lebih kuat dari film-film sebelumnya.
Kengerian yang Mengguncang dan Mempertanyakan Keimanan
Film “Siksa Kubur” tidak hanya menyuguhkan jumpscare dan kesadisan semata. Film ini juga akan membawa kengerian yang membuat penonton mempertanyakan keimanan yang dimilikinya setelah menontonnya. Joko Anwar menciptakan efek praktikal dalam film ini untuk mencapai kecemasan maksimal, bukan hanya mengandalkan computer generated imagery (CGI).
Selain itu, tata suara yang selalu menjadi elemen kuat dalam film horor juga hadir dengan desain yang mencekam. Joko Anwar mengungkapkan bahwa film ini memiliki penceritaan yang separuhnya bergantung pada tata suara. Dengan demikian, penonton akan merasa seolah-olah berada di dalam kejadian-kejadian yang dialami oleh karakter-karakter dalam film ini, termasuk saat mereka berada di dalam kubur.
Bagi Joko Anwar, tantangan terbesar dalam menggarap film “Siksa Kubur” adalah bagaimana membuat segala aspek dari film tersebut terasa nyata, sehingga penonton benar-benar percaya bahwa siksaan di kubur itu ada. Dengan pengalaman dan kemampuannya sebagai sutradara, Joko Anwar berharap dapat menciptakan pengalaman menonton yang tak terlupakan bagi penontonnya.